Tenggelam ia
dalam samudra kenangnya, berlembar-lembar cerita romantisme masa silam dengan
lahap diejanya, hatinya tak kunjung bisa menerima realita yang mendera tiap
hari-harinya.
Terhanyut ia
dalam aliran kenangan yang membawanya pada muara berdarah, berlembar-lembar
tisu kenyataan tak mampu meredakan suasana berdarah yang mendera otak dan
hatinya.
Terpisah ia dari
kenyataan yang akan menuntun mimpi demi mimpi pada peraduannya, kaki dan
matanya terlanjur hafal pada jalan menuju rumah kenangan di ujung harinya.
Sumenep, 2013
0 komentar:
Posting Komentar