Risalah Perhatian

on Rabu, 18 September 2013



Sunyi menyelam diam-diam di penghujung petang, larik-larik kehampaan ditikamnya dengan belati bosan. Perlahan, petang menelan diriku dengan penuh perhatian, beberapa tetes air matanya menandakan keharuan dari risalah perhatiannya yang cukup menganehkan.
Petang merobek cerita masa silamku menjadi beberapa bagian, dan bagian yang mensintingkan coba dibuangnya ke lautan, ikan-ikan pemangsa langsung menelannya tanpa ocehan.
Masa silam hanya tinggal satu bagian,
                                                            ialah bagian yang perlu perhatian.
Sumenep, 2013

Entahlah…..

on Selasa, 10 September 2013



Tikamlah mimpiku dengan rasa sayangmu, sadarkan jiwa akan kenyataan yang menghadang tiap usahaku, luruskan lagi otak ini agar tak irrasional, kemudian bernyanyilah dengan penuh penghayatan, agar syaraf ini sedikit mengerti akan keadaan nan memprihatinkan ini.
Bunuhlah mimpiku dengan rasa cintamu, gugurkanlah lembar demi lembar harapan palsu ini pada  jurang kuburnya, biarkanlah sampai empat puluh hari, agar benar-benar mati segala mimpi semu yang begitu kuat mencintaiku.
Sumenep, 2013

Melankolia

on Jumat, 06 September 2013


Menjelang pemakaman kekasihnya, harapnya terberai, hari-harinya menderaikan larik-larik air mata, dua puluh kata motivasi tak jua membuatnya beranjak dari sudut depresi, kematian mengintip dari balik jendela, siap menerkam jika suasana memungkinkan.
Malam-malam kelam mengikatkan nuansa muram di tembok kamarnya, beberapa gambar masa silam seperti hunusan belati yang akan menguliti jengkal demi jengkal kekuatan yang diusahakan beberapa sahabatnya, kematian seperti bayang-bayang di kiri kanan perjalanan.
Sumenep, 2013

Gadis Tionghoa dan Sepotong Kenangan Tentangmu




Dua musim yang lalu aku merayakan kemerdekaan ini dengan memerdekakan dirimu dari cerita percintaan orang tuamu, larik-larik sendu yang mengalun dari bibirmu adalah sebersit pemantik puja, lelaki demi lelaki mengalir hadir dalam alur percintaanmu, aku pun hanya ternganga dan tersedu menahan luka yang mendalam.
Dua musim dari yang lalu adalah hari kemerdekaan dari hatiku, penjajahan oleh kenangan dibebaskan oleh gadis tionghoa yang kutemui di perayaan tahun baru cina, siapa sangka seseorang yang jauh dari harapanku adalah seseorang yang sangat aku harapkan untuk menemani kisah demi kisahku.
Sumenep, 2013

Gombalan Malam untuk Perawan

on Kamis, 05 September 2013




Separuh malam terarungi dengan beberapa pembicaraan yang cukup membosankan, perlu pengalih perhatian untuk mengobati rasa suntuk ini, acara-acara menawan di televisi tak cukup gombal untuk merayu rasa dalam diriku. Pada separuh malam, bulan masih sibuk menentramkan perawan, kusut dalam hatinya tak jua mencair, lantaran luka yang ditinggalkan lanang terlampau dalam.
Malam merayu perawan untuk tidur di pangkuan, sekedar penghangat di separuh cerita yang terlampau beku, namun perawan masih saja diam, asyik dengan fikiran-fikiran runyam yang menggedor syaraf rasa sayang, malam hanya bisa geleng-geleng kepala, lantaran gombalannya tak dihiraukan perawan.
Sumenep, 2013

Ia dan Kenangan




Tenggelam ia dalam samudra kenangnya, berlembar-lembar cerita romantisme masa silam dengan lahap diejanya, hatinya tak kunjung bisa menerima realita yang mendera tiap hari-harinya.
Terhanyut ia dalam aliran kenangan yang membawanya pada muara berdarah, berlembar-lembar tisu kenyataan tak mampu meredakan suasana berdarah yang mendera otak dan hatinya.
Terpisah ia dari kenyataan yang akan menuntun mimpi demi mimpi pada peraduannya, kaki dan matanya terlanjur hafal pada jalan menuju rumah kenangan di ujung harinya.
Sumenep, 2013