Sepotong Es Krim

on Minggu, 24 November 2013
Awal sua kita diluberi sepotong es krim, dan dua manusia dingin menyatu dalam hangatnya perkenalan. Obrolan-obrolan kecil semakin mencair, kau mengaliri duniaku dengan cerita-cerita lucu, ada jutaan cerita yang tersimpan dalam memori hidupku. Kau mulai menyentuh lubang terdalam dari hatiku, beberapa perhatian menjadikan diriku utuh, setelah kisah terdahulu sempat mencuri bagian-bagian terpenting dalam hidup ini.
Nada-nada romantis mengiringi kebersamaan yang kita rajut dari intimnya pertemuan, angin syahdu mengibarkan bendera merdeka diantara lirih tawa yang memayungi kencan rahasia kita. Ada harap yang merayap dalam beberapa lintasan fikir, membangun posko demi posko untuk persinggahan lelah perjalanan kita. Dalam doaku, harapan tentang kebersamaan kita menuju abadinya kisah.
Doaku tersesat, bulir-bulir tanya tentangmu memenuhi otakku. Nganga lubang dalam hatiku semakin membesar, perhatianmu pergi pada orang lain yang memanggilmu dengan kata istri, bukan untukku yang setia dengan kenangan  tentang sepotong es krim.
Sepotong es krim dalam genggamanku, dan sepotong es krim lainnya dalam genggaman suamimu untuk janin yang bertapa dalam rahimmu.
Malang, Juli 2011

Perempuan Masa Depan

on Senin, 18 November 2013



Nyanyikanlah lagu-lagu hasil karyamu, tiupkan ruhnya pada jiwaku yang setengah sekarat dipasung rindu cinta pertama, hidupilah dengan larik-larik puitis penuh bara, agar tubuh ini kembali perkasa mengayunkan langkah ke pertigaan masa depan.
Nyanyikanlah lagu-lagu pembunuh kenangan, ayunkan belati kenyataan pada syaraf  hatiku, agar jalan demi jalan menuju masa silam hilang tertelan angin keadaan.
Setelah usai kau usir kenangan demi kenangan, duduklah dalam pangkuan, berilah harapan pada urat-urat usahaku mencari perempuan masa depan.
Sumenep, 2013

Sepagi Ini




Sepagi ini ada saja yang menghentakku, lumatan bibirmu pada bagian ternyaman tubuhku telah cukup menaikkan darah ini pada singgasana gairah, letupan-letupan hasrat tinggal menghitung menit untuk melumat bagian ternyaman dalam tubuhmu.
Sepagi ini ada yang memutus jalanku ke masa lalu, jalan menuju dirinya benar-benar telah lenyap, tak ada lagi kebiasaan mengunjungi kenangan.
Sumenep, 2013

Luka Senja

on Minggu, 03 November 2013




Senja mempertemukan dua makhluk angkuh dalam nuansa perdebatan tak berujung, silang pendapat menjadi santapan lautan yang membawanya ke pelabuhan, ikan-ikan mulai merayap, mendengarkan silang pendapat yang semakin hangat, dua puluh ribu cacian memisahkan dua makhluk penuh ego, untuk sementara saja.
Senja berdarah, dua makhluk penuh ego memperebutkan keindahannya, hingga tanpa sengaja senjata dari salah satu makhluk tersebut melukai bagian terindah dari senja.
Sumenep, 2013

Menyongsong Gelap





Aku pulang menuju gelap, melupakan pendar demi pendar cahaya yang kau senterkan di pertemuan terakhir kita, sedikit kata tentang tunangan menenggelamkan rasa sadarku pada lembah kematian, bayangan wajah tak bersahabat orang tuamu menyeret rasaku semakin dalam, ke dasar kegelapan.
Aku pulang, menyongsong gelap yang tampak memikat.
Sumenep, 2013