Angin meniup seruling kerinduan pada malam basah, ada lantunan
sholawat yang menarikku pada rumah tuhan. Beberapa lembaran doa menunggu
untuk dibaca dalam subuh utuh ini, aku melamunkan masa kecilku ketika
berenang dalam ayat-ayat pendek di lima waktu yang menyentuh kalbu.
Embun
menyanyi, menggambari pagi dengan harapan-harapan baru yang dititipkan
pada pundak pencari nafkah untuk keluarganya. Aku berlari diatas cerita
yang belum terselesaikan, dan mencari pengharapan beserta doa-doaku.
Malang, 04 Desember 2010
Sepotong Es Krim
Awal sua kita diluberi sepotong es krim, dan dua manusia dingin
menyatu dalam hangatnya perkenalan. Obrolan-obrolan kecil semakin
mencair, kau mengaliri duniaku dengan cerita-cerita lucu, ada jutaan
cerita yang tersimpan dalam memori hidupku. Kau mulai menyentuh lubang
terdalam dari hatiku, beberapa perhatian menjadikan diriku utuh, setelah
kisah terdahulu sempat mencuri bagian-bagian terpenting dalam hidup
ini.
Nada-nada romantis mengiringi kebersamaan yang kita rajut dari intimnya pertemuan, angin syahdu mengibarkan bendera merdeka diantara lirih tawa yang memayungi kencan rahasia kita. Ada harap yang merayap dalam beberapa lintasan fikir, membangun posko demi posko untuk persinggahan lelah perjalanan kita. Dalam doaku, harapan tentang kebersamaan kita menuju abadinya kisah.
Doaku tersesat, bulir-bulir tanya tentangmu memenuhi otakku. Nganga lubang dalam hatiku semakin membesar, perhatianmu pergi pada orang lain yang memanggilmu dengan kata istri, bukan untukku yang setia dengan kenangan tentang sepotong es krim.
Sepotong es krim dalam genggamanku, dan sepotong es krim lainnya dalam genggaman suamimu untuk janin yang bertapa dalam rahimmu.
Malang, Juli 2011
Nada-nada romantis mengiringi kebersamaan yang kita rajut dari intimnya pertemuan, angin syahdu mengibarkan bendera merdeka diantara lirih tawa yang memayungi kencan rahasia kita. Ada harap yang merayap dalam beberapa lintasan fikir, membangun posko demi posko untuk persinggahan lelah perjalanan kita. Dalam doaku, harapan tentang kebersamaan kita menuju abadinya kisah.
Doaku tersesat, bulir-bulir tanya tentangmu memenuhi otakku. Nganga lubang dalam hatiku semakin membesar, perhatianmu pergi pada orang lain yang memanggilmu dengan kata istri, bukan untukku yang setia dengan kenangan tentang sepotong es krim.
Sepotong es krim dalam genggamanku, dan sepotong es krim lainnya dalam genggaman suamimu untuk janin yang bertapa dalam rahimmu.
Malang, Juli 2011
Perempuan Masa Depan
Nyanyikanlah lagu-lagu hasil karyamu, tiupkan ruhnya pada jiwaku
yang setengah sekarat dipasung rindu cinta pertama, hidupilah dengan
larik-larik puitis penuh bara, agar tubuh ini kembali perkasa mengayunkan
langkah ke pertigaan masa depan.
Nyanyikanlah lagu-lagu pembunuh kenangan, ayunkan belati kenyataan
pada syaraf hatiku, agar jalan demi
jalan menuju masa silam hilang tertelan angin keadaan.
Setelah usai kau usir kenangan demi kenangan, duduklah dalam
pangkuan, berilah harapan pada urat-urat usahaku mencari perempuan masa depan.
Sumenep, 2013
Sepagi Ini
Diposting oleh
Andi Nyalam
di
20.18
Sepagi ini ada saja yang menghentakku, lumatan bibirmu pada bagian
ternyaman tubuhku telah cukup menaikkan darah ini pada singgasana gairah,
letupan-letupan hasrat tinggal menghitung menit untuk melumat bagian ternyaman
dalam tubuhmu.
Sepagi ini ada yang memutus jalanku ke masa lalu, jalan menuju dirinya
benar-benar telah lenyap, tak ada lagi kebiasaan mengunjungi kenangan.
Sumenep, 2013
Luka Senja
Senja
mempertemukan dua makhluk angkuh dalam nuansa perdebatan tak berujung, silang
pendapat menjadi santapan lautan yang membawanya ke pelabuhan, ikan-ikan mulai
merayap, mendengarkan silang pendapat yang semakin hangat, dua puluh ribu
cacian memisahkan dua makhluk penuh ego, untuk sementara saja.
Senja berdarah,
dua makhluk penuh ego memperebutkan keindahannya, hingga tanpa sengaja senjata
dari salah satu makhluk tersebut melukai bagian terindah dari senja.
Sumenep, 2013
Menyongsong Gelap
Diposting oleh
Andi Nyalam
di
03.17
Aku pulang
menuju gelap, melupakan pendar demi pendar cahaya yang kau senterkan di
pertemuan terakhir kita, sedikit kata tentang tunangan menenggelamkan rasa
sadarku pada lembah kematian, bayangan wajah tak bersahabat orang tuamu
menyeret rasaku semakin dalam, ke dasar kegelapan.
Aku pulang,
menyongsong gelap yang tampak memikat.
Sumenep, 2013
Risalah Perhatian
Sunyi menyelam diam-diam di penghujung petang, larik-larik
kehampaan ditikamnya dengan belati bosan. Perlahan, petang menelan diriku
dengan penuh perhatian, beberapa tetes air matanya menandakan keharuan dari
risalah perhatiannya yang cukup menganehkan.
Petang merobek cerita masa silamku menjadi beberapa bagian, dan
bagian yang mensintingkan coba dibuangnya ke lautan, ikan-ikan pemangsa
langsung menelannya tanpa ocehan.
Masa silam hanya tinggal satu bagian,
ialah
bagian yang perlu perhatian.
Sumenep, 2013
Entahlah…..
Tikamlah mimpiku dengan rasa sayangmu, sadarkan jiwa akan kenyataan
yang menghadang tiap usahaku, luruskan lagi otak ini agar tak irrasional,
kemudian bernyanyilah dengan penuh penghayatan, agar syaraf ini sedikit
mengerti akan keadaan nan memprihatinkan ini.
Bunuhlah mimpiku dengan rasa cintamu, gugurkanlah lembar demi
lembar harapan palsu ini pada jurang
kuburnya, biarkanlah sampai empat puluh hari, agar benar-benar mati segala
mimpi semu yang begitu kuat mencintaiku.
Sumenep,
2013
Langganan:
Postingan (Atom)
Jam Nyalam
Buku Nyalam
About Me
- Andi Nyalam